oh, hi. sudah lama sekali aku ngga nge-post.
dan sekarang ingin nge-post karena seseorang membuat aku ingat gimana menyenangkannya nulis di blog ini.
dan sebagai pembuka atas hibernasi panjang, aku persembahkan cerpen (kau tau pasti cerpen ini agak aneh tapi ya sudahlah) yang aku tulis beberapa bulan lalu. saat aku mulai dapat lagi inspirasi dan menemukan jalan menulis lagi.
ok?!
Namanya
Bintang. Seperti namanya, dia adalah seorang yang bersinar terang dalam
kegelapan.Menyinari langitku dengan sejuta pesonanya. Singkatnya, aku jatuh
hati pada Bintang.
Bintang
punya segalanya, tapi ia tetap membumi. Tampan, pintar, baik hati, cekatan, seorang
pekerja keras. Dan hal yang paling kusukai dari bintang adalah, sepasang
matanya yang selalu bersinar indah dari balik bingkai kacamata. Ribuan kupu
kupu serasa terbang menari didalam perutku saat melihatnya membetulkan letak
kacamata yang melorot dengan buku jarinya.
Sedangkan aku, Gendhis. Seorang gadis jawa tulen, itulah sebabnya aku
diberi nama Gendhis dan aku tidak menyukainya. Berkulit sawo matang dengan
rambut keriting yang selalu berantakan. Aku benci dengan rambutku yang lebih
mirip singa ini, namun Bintang bilang rambutku adalah hal terindah yang ia
lihat. Aku selalu tersipu bila mengingat jemarinya memainkan tiap helai
rambutku. Ah, Bintang selalu punya cara untuk membuatku tersipu. Bahkan pada
saat aku sedang kesal padanya.
“kenapa sih kamu nggak suka di panggil Gendhis?, Gendhis kan
artinya gula, manis. Sesuai dengan orangnya”
Dan sejak itu, aku jadi menyukai namaku sendiri. Gendhis.
Sayap
sayap harapan tumbuh seiring berjalannya waktu. Rasaku semakin tak terkendali.
Aku jatuh cinta pada Bintang, bahkan dari segala sudut yang oranglain tak
ketahui. Sampai tiba tiba Bintang, mengakui bahwa ia jatuh cinta pada sahabatku
sendiri, Bulan. Dadaku terasa begitu sesak, ingin rasanya aku mengumpat. Memaki
Bulan yang beberapa kali bertemu, berhasil merebut cahaya Bintang dariku. Namun
bukan salah Bulan, tapi Bintang sendiri yang memberikan cahayanya.
“Bintang, aku suka kamu”
Bintang menghentikan langkahnya, lalu menatap wajahku lekat
lekat.
“sejak kapan?”
“sejak pertama kita bertemu”
“lalu kenapa baru bilang sekarang?”
aku tertunduk, tak mampu melihat wajahnya.
“Bulan kemarin nyatain perasaannya ke aku”
Hening, kami sama sama diam. pikiranku meledak ledak.
“udah lah Bi, aku Cuma mau bilang aja kok. Jangan dipikirkan
dalam dalam, sekarang kamu fokus aja sama Bulan”
“aku ngga mau nyakitin kamu, Dis”
“engga Bintang, kamu ngga pernah nyakitin aku.”
Mungkin ini memang
waktunya bangun dari mimpi untuk menggapai bintang.
“Dis, aku…”
“Bi, aku tau kamu jatuh cinta sama Bulan. Jangan ragu lagi
ya”
Hatiku
pilu, cahaya jingga senja yang selalu ku suka mendadak menjadi tak semenarik
biasanya.
Dalam gelap malam aku
melihatmu, bintang yang bersinar begitu terang.
Ingin ku gapai dan ku
bawa pulang.
Dan jadikan milikku
yang paling kusayang.
“Dis?” suara lembut ibu membuyarkan lamunan. “kamu nggak
papa?”
Aku mengusap kedua kelopak mataku yang basah tanpa aku
sadari.
“gapapa bu, cuma sedikit gelisah aja”
“Gelisah kenapa?, sini cerita sama ibu” ujar ibu sambil
mendekat untuk duduk disebelahku.
“Bu, aku lagi suka sama seseorang tapi sekaligus patah hati”
Ibu tersenyum dan membelai lembut rambutku. “nduk, cinta yang kamu rasakan sekarang
ini justru cinta yang lengkap. Karena kamu bahagia dan luka pada saat yang
sama”
Ibu menghela nafas panjang. “Dis. Bahagia yang didapat dari
luka itu jauh lebih berharga daripada bahagia setelah melukai orang lain”
Aku
berbaring menatap langit kamar sembari memikirkan perkataan ibu sore tadi. Tak
lama handphone ku berdering nyaring.
Ada notifikasi dari social media yang bertuliskan bahwa Bulan mengunggah
sebuah foto, ku buka notifikasi itu dan
menemukan potret Bulan dan Bintang yang sedang bersama dalam suasana romantis,
dengan senyum yang begitu bahagia. Air mataku meleleh, membanjiri pelupuk mata.
Namun batu es dalam hatiku mencair, meleleh bersama derasnya air mata. Anehnya,
Aku merasa lega.
Ya, tak apa sayang.
Patahkan saja sayapku,
agar aku tak lagi dapat terbang,
Agar aku tak lagi
mencoba terbang ke langit.
Untuk menggapai kamu,
sang bintang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar